Tidak semua hadis yang kita dengar dari ceramah-ceramah agama di mesjid atau pengajian-pengajian merupakan hadis yang berkualitas sahih. Sebagian penceramah atau da’i sering memaparkan hadis dengan tidak menyebutkan sumber maupun rawinya. Ini menjadi koreksi tersendiri bagi para da’I yang mengumandangkan syi’ar Islam baik berupa ceramah, pidato, maupun pengajian-pengajian untuk mencermati dan meneliti lagi hadis yang disampaikannya, dari mana sumber penukilannya, sejauh mana taraf kualitas dan siapa rawi yang mendewankannya.
Untuk mengurangi kesalahan dalam penukilan hadis, maka perlulah dilakukan usaha pentakhrijan hadis. Dengan adanya takhrij, kita akan mengetahui perihal hadis tersebut, mulai dari perawi atau sanadnya, sahnya matan, dan kualitasnya yang pada akhirnya menghasilkan suatu kepastian apakah hadis itu dapat dijadikan pegangan (hujjah) dan diamalkan atau tidak.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk memaparkan takhrij sebuah hadis mengenai adzan yang penulis dapati dalam buku yang berjudul Fiqih Sunnah karangan Sayyid Sabiq yang tercantum dalam bab Shalat. Adapun hadis tersebut berbunyi :
أنّ النّبي صلّى الله عليه وسلم قال : إِذَا سَمِعْتُم النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ المُؤَذِّنُ
Bahwa Nabi SAW bersabda: “Jika kamu mendengar panggilan adzan maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzdzin !”
Penulis berusaha untuk menelusuri hadis di atas di berbagai kitab hadis seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan at-Turmudzi, Sunan an-Nasa’I, Sunan Abi Daud, Sunan Ibn Majah, al-Muwaththa’ Imam Malik, dan Sunan ad-Darimi. Dari berbagai kitab tersebut, dikutip ke dalam makalah ini berupa matan, sanad, nomor dan judul bab dan nomor hadisnya. Juga akan dipaparkan secara singkat mengenai kualitas hadits. Selain itu penulis juga akan memaparkan kode klasifikasi kitab-kitab hadis yang penulis jadikan referensi dalam makalah ini.
Makalah ini saya jual seharga Rp.5000,- dibayar via transfer pulsa AS (TELKOMSEL)
yang berminat silahkan download di sini
Welcome to Edrizal Blog 